CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 20 Januari 2013

Hadits Tentang Anjuran Memberi Makan dan Mengucapkan Salam


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna, yang tentunya memiliki dasar pegangan bagi penganutnya. Agama islam memiliki dua pegangan dasar yang harus dijaga oleh umat muslim. Dua pegangan itu adalah Al-Qur’an yaitu firman Allah dan Al-Hadits sebagai sabda dari Rosulullah. Sebagai pedoman dasar bertindak, tentunya seorang muslim harus mengikuti apad yang diperintahkan dalam kedua pedoman itu. Hingga akhirnya banyak keterangan yang menyebutkan bahwa barangsiapa yang berpegang kepada kedua tuntunan itu tidak akan sengsara dunia dan akhirat.
Islam adalah agama kasih sayang. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kehidupan sosial yang senantiasa menganjurkan pemeluknya untuk memiliki kesalehan sosial dalam hidupnya. Salah satu bentuk kesalehan sosial adalah mengucapkan salam dan memberikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkannya dan memenuhi kebutuhan mereka yang kekurangan seperti yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya.
B.            Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas dapat dilihat sehingga bisa dijadikan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah teks hadits tentang mengucapkan serta memberi makan terhadap orang lain?
2.      Bagaimanakah tahrij, tahqiq, serta syarah hadits tentang hadits diatas?
3.      Bagaimanakah kontekstualisasi hadits dalam kehidupan sehari-hari?


BAB II
PEMBAHASAN


A.           Teks Hadits Shahih Bukhari 5767

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْحَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ[1]

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Khalid berkata, Telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid dari Abu Al Khair dari Abdullah bin 'Amru; Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam manakah yang paling baik?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal".[2]
B.            Mufrodhat
Memberi Makan          : تُطْعِمُ الطَّعَامَ
Mengucapkan salam    : َتَقْرَأُ السَّلَام
C.           Takhrij hadits
Setelah dilakukan penellusuran pada software lidwa maka penulis menemukan takhrij hadits dari nomor 5767 kitab shahih bukhari.[3]

إفشاء السلام من الإسلام
السلام للمعرفة وغير المعرفة
بيان تفاضل الإسلام وأي أموره أفضل
في إفشاء السلام
أي الإسلام خير
إطعام الطعام
مسند عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله تعالى عنهما
D.           Tahqiq hadits
Adapun kualitas hadits ini adalah shahih secara sanad dan matan, hal ini berdasarkan penilaian dari ibnu hajar al-atqalani dalam software lidwa, yaitu:
Nama
Ulama
Komentar
Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash bin Wa'il
Ibnu Hajar Al Atsqalani
Shahabat
: Martsad bin 'Abdullah
Ya'kub bin Sufyan
Tsiqah
Yazid bin Abi Habib Suwaid
Adz Dzahabi
Tsiqah
Laits bin Sa'ad bin 'Abdur Rahman
Ahmad bin Hambal
Tsiqah
Amru bin Khalid bin Farrukh bin Sa'id
Abu Hatim
Shaduuq
E.            Syarah Hadits
Matan hadits ini persis dengan hadits kita bahas sebelumnya yakni Hadits 12: Humanisme Islam. Kedua hadits tersebut diriwayatkan Abdullah bin Amr. Baik pertanyaannya maupun jawaban Rasulullah SAW, keduanya sama persis.
Namun demikian, seperti dijelaskan pada hadits sebelumnya, ketika Imam Bukhari mencantumkan dua hadits yang matan (redaksi) nya sama, beliau memiliki maksud tersendiri ketika menempatkan hadits dengan matan serupa di tempat yang berbeda. Pertama, karena hadits tersebut mengandung pelajaran yang tidak cukup hanya dipaparkan pada satu bab saja. Kenyataannya, memang banyak hadits Nabi yang memuat sejumlah kandungan berbeda. Ia berbicara tentang aqidah, sekaligus juga menerangkan tentang ibadah dan akhlak, misalnya.
Kedua, Imam Bukhari berkeinginan agar umat Islam yang mempelajari kitab shahihnya mendapatkan penekanan kembali mengenai hal yang sangat penting, yang dirasa kemanfaatannya sangat banyak jika hadits dengan matan yang mirip itu ditampilkan. Kemungkinan hal kedua ini yang menjadi alasan hadits ke-12 yang matannya sama dengan hadits ke-28 ini sama-sama dimuat dalam Kitabul Iman. Karenanya Imam Bukhari memberikan judul yang berbeda. Hadits ke-12 diberinya judul (باب إِطْعَامُ الطَّعَامِ مِنَ الإِسْلاَمِ), penekanannya pada memberi makan. Sedangkan hadits ke-28 ini diberinya judul (باب إِفْشَاءُ السَّلاَمِ مِنَ الإِسْلاَمِ), penekanannya pada mengucap/menyebarkan salam.
Ketiga, Sesungguhnya Imam Bukhari tidak pernah mengulang hadits dengan matan dan sanad yang sama persis. Kalaupun matannya sama, sanadnya pasti berbeda. Demikian pula dengan hadits ini. Meskipun hadits ke-12 dan hadits ke-28 diriwayatkan dari dari Laits, dari Yazid, dari Abul Khair, dari Abdullah bin Amr, namun Imam Bukhari menerima hadits ke-12 dari Amru bin Khalid, sedangkan hadits ke-28 diterimanya dari Qutaibah.
Kita lihat pertanyaan ini hampir sama dengan pertanyaan sahabat Nabi pada hadits ke-11. Bedanya, hadits ke-11 menggunakan kata "afdhal" dan pada hadits ini menggunakan kata "khair". Menurut Al-Karmani, afdhal (lebih utama) berarti yang paling banyak pahalanya, dan khair (baik) berarti banyak manfaatnya. Kata yang pertama berkenaan dengan kuantitas, kata kedua berkenaan dengan kualitas.
Akan tetapi, jawaban yang diambil oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani tentang berbedanya jawaban pada dua hadits yang berurutan ini bukan pada perbedaan kata itu. Artinya, baik khair maupun afdhal, keduanya bisa bermakna sama. Yang membedakan perbedaan jawaban Rasulullah adalah berbedanya orang yang bertanya dan para pendengarnya. Rasulullah bermaksud memberikan jawaban yang paling tepat bagi orang yang bertanya. Yang tidak lain merupakan celah bagi orang itu untuk memperbaiki dirinya agar menjadi lebih sempurna.
sedangkan penekanan dari hadits diatas terletak pada dua titik utama yaitu:
1.      Memberi Makan (تُطْعِمُ الطَّعَامَ)
Maksudnya adalah, memberi makan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Berarti pula menjamu tamu. Dalam pengertian yang lebih luas, keislaman yang baik itu adalah yang memiliki kepekaan terhadap problem sosial, khususnya kesejahteraan. Ini sangat diperhatikan oleh Islam. Sebab Islam adalah agama yang sempurna. Bukan hanya mengatur hubungan dengan Allah, melainkan juga memberikan kemanfaatan kepada sesama. Menolong kaum dhuafa', mereka yang lemah. Bentuk sederhananya adalah memberi makan, bentuk luasnya adalah meningkatkan kesejahteraan sesama. Subhaanallah, betapa tingginya nilai humanisme Islam.
2.      Mengucapkan Salam Kepada Orang Yang Engkau Kenal Dan Orang Yang Tidak Engkau Kenal (تَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ)
Sebab Islam adalah agama kedamaian. Salam merupakan simbol perdamaian. Orang lain didoakan supaya selamat setiap bertemu dan berpisah. Saling mendoakan adalah bentuk merealisasikan perdamaian. Ia juga melahirkan kedamaian dan ketentraman, baik bagi yang mengucapkan maupun yang diucapkan salam padanya. Ini sisi humanisme Islam yang lain.
Rasulullah menganjurkan umatnya untuk mengucapkan salam pada siapa saja baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Khususnya dalam masyarakat Islam. Jadi, bila tidak ada kekhawatiran yang signifikan bahwa orang yang dihadapi adalah non muslim, Rasulullah menganjurkan untuk mengucapkan salam. Kenal ataupun tidak kenal.
F.            Kontekstualisasi Hadits Dalam Kehidupan Sosial
Menyebarluaskan salam adalah perintah Allah dan Rasulullah SAW. Dalam Alquran, perintah menyebarkan salam itu terdapat pada surah an-Nur ayat 27 dan 61, an-Nisa [4]: 86, adz- Dzariyat: 24-25). Karena itu, menyebarkan salam merupakan kewajiban setiap Muslim.
Abu Umarah al-Barra’ bin Azib RA berkata, “Rasulullah SAW menyuruh kami melaksanakan tujuh hal, yakni menjenguk orang yang sakit, mengantarkan jenazah, mendoakan orang yang bersin, menolong orang yang lemah, membantu orang yang teraniaya, me nyebarluaskan salam, dan menepati janji.” (Muttafaq alaih).
Menyebarluaskan salam berarti menyebarluaskan kedamaian dan keselamatan. Karena, makna dari kalimat “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh” adalah semoga Allah memberikan kedamaian (kesejahteraan), me rahmati serta keberkahan kepada kalian semua. Kalimat di atas berarti mengajak setiap umat dan orang yang mendengarnya untuk senantiasa cinta akan kedamaian dan keselamatan. Dengan salam pula, diharapkan seluruh umat akan terhindar dari sikap permusuhan dan kebencian.
Karena pentingnya menyebarkan salam ini, Nabi Muhammad SAW pun pernah memerintahkan seorang yang menaiki kendaraan untuk memberi salam kepada orang yang berjalan kaki. Orang yang berjalan kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk. Dua orang yang bertemu di jalan dan kemudian saling memberikan salam, maka yang lebih dahulu memulai lebih utama dari yang belakangan. (HR Al Bazar dan Ibnu Hibban dari Jabir).
Hadits ini juga menjelaskan tentang amalan yang terbaik (amalan yang banyak pahalanya) dalam Islam. Ada dua amalan yang banyak pahalanya dalam Islam yang disebutkan dalam hadits di atas yaitu : memberi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang dikenal ataupun belum dikenal.
Islam sebagai agama yang sangat memperhatikan kehidupan sosial senantiasa menganjurkan pemeluknya untuk memiliki kesalehan sosial dalam hidupnya. Salah satu bentuk kesalehan sosial adalah memberikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkannya dan memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Hadits di atas menganjurkan kepada setiap muslim untuk memberikan makanan kepada muslim lainnya, karena sikap sosial ini dapat menyatukan hati, manambah rasa cinta dan sayang, serta dapat menjadikan pelakunya memiliki kemuliaan jiwa. Maka disunnahkan bagi seorang muslim untuk selalu memberi makanan kepada orang yang membutuhkannya, khususnya orang-orang fakir dan miskin. Supaya tidak dicap sebagai orang yang mendustakan agama, yaitu orang yang tidak mau memberikan makanan kepada orang-orang miskin.
Islam sebagai agama perdamaian dan keselamatan juga sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk selalu menyebarkan ucapan salam (assalaamu ’alaikum) kepada siapapun, baik kepada orang yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal.selama dia bukan non muslim. Ucapan salam ini sebagai wasilah untuk menimbulkan rasa cinta dan sayang sesama kaum muslimin, karena di dalam ucapan salam itu sendiri mangandung do’a keselamatan dan kesejahteraan antara yang memberi salam dan yang menjawabnya. Sungguh benar kalau Islam dikatakan sebagai rahmatan lil ’alamin.[4]
Mengucapkan salam bagi setiap individu muslim jika dia seorang diri, maka hukumnya sunnah mu’akkadah, dan jika berkelompok maka hukumnya sunnah kifayah. Maksudnya jika mereka dalam satu kelompok, maka cukup beberapa orang saja yang mengucapkan salam, tidak disunnahkan semuanya serempak mengucapkan salam.Sedangkan menjawab salam hukumnya wajib ’ain (fardhu ’ain) jika yang menjawabnya hanya seorang diri. Berarti jika ia tidak menjawab salam, maka ia berdosa. Dan jika mereka berkelompok, maka hukumnya wajib kifayah, yaitu cukup beberapa orang saja yang menjawab salam, dan tidak wajib semua yang ada dalam kelompok menjawab salam.
Makna salam sungguh sangat dalam, karena di dalamnya terdapat do’a agar orang yang mengucapkan dan menjawabnya selalu mendapatkan keselamatan, kesejahteraan, rahmat dan berkah dari Allah swt. Oleh karena itu, ucapan salam tidak bisa digantikan dengan ucapan-ucapan penghormatan lainnya seperti selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam, selamat datang dan lain sebagainya.
Dalam hadis lain Rasulullah SAW juga bersabda, ”Jika salah seorang dari kalian sampai pada suatu pertemuan, maka hendaklah memberi salam. Apabila ingin keluar dari pertemuan itu, maka hendaklah ia (juga) mengucapkan salam.” (HR Abu Daud dan Tarmizi dari Abi Hurairah).
Kalaulah sehari-hari kita sudah terbiasa mendoakan orang melalui ucapan salam, seharusnya tidak ada lagi di antara kita yang sampai hati berbuat zalim atau berlaku aniaya terhadap orang lain.[5]

BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Kesimpulan dari hadits diatas menyebutkan ada dua hal yang diperintahkan dan agar dikerjakan oleh orang islam dan menjadi amalan yang sangat besar pahalanya yaitu memberi makan kepada yang membutuhkan dan mengucapkan salam kepada sesama.
Menyebarluaskan salam berarti menyebarluaskan kedamaian dan keselamatan. Karena, makna dari kalimat “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh” adalah semoga Allah memberikan kedamaian (kesejahteraan), me rahmati serta keberkahan kepada kalian semua. Kalimat di atas berarti mengajak setiap umat dan orang yang mendengarnya untuk senantiasa cinta akan kedamaian dan keselamatan. Dengan salam pula, diharapkan seluruh umat akan terhindar dari sikap permusuhan dan kebencian.

DAFTAR PUSTAKA

Hardianto Prihasmoro, “Ringkasan Kitab Hadits Shahih Imam Bukhari” (Jakarta: 2007)
Software lidwa
Software maktabah syamillah



[1] Software maktabah syamillah
[2] Hardianto Prihasmoro, “Ringkasan Kitab Hadits Shahih Imam Bukhari” (Jakarta: 2007), hal. 44
[3] Software lidwa

[4] http://ainilkhairinnisa.wordpress.com/about/, diakses pada tanggal 19 Desember jam 17.00 WIB
[5]http://ainilkhairinnisa.wordpress.com/about/, diakses pada tanggal 19 Desember jam 17.00 WIB

Padang Mahsyar


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Sebagaimana yang kita ketahui, Hari qiamat adalah hari dimana seluruh isi alam semesta ini dihancur leburkan tanpa terkecuali. Adapun tanda-tanda akan terjadinya  qiamat telah banyak dijelaskan dalam Al Qur’an dan Hadis, kejadian-kejadian yang  diterangkan di dalamnya sudah dekat bahkan sebagian diantaranya telah menjadi kenyataan. Beberapa tanda lain yang belum tampak seperti munculnya Dajjal, Dabbatu Ard, terbitnya matahari dari Barat, turunnya Isa al Masih dan Iman Mahdi,  dan lain-sebagainya. Tanda-tanda itu menunjukkan bahwa tidak lama lagi qiamat akan terjadi dan kita tidak mampu memperkirakan secara pasti kapan terjadinya. Kejadian ini (qiamat) secara logika bukanlah suatu peristiwa yang mustahil, Para pakar ilmu alam telah sepakat bahwa segala yang maujud pasti memiliki batas akhir keberadaannya pada saat tertentu.
Setelah dihancur leburkannya alam semesta ini, seluruh makhluk akan di bangkitkan, setiap ruh akan dikembalikan pada jasad masing-masing, sehingga mereka mengalami kehidupan untuk yang kedua kalinya, setelah sebelumnya mereka mati.
Dan Setelah mereka dibangkitkan pada yaumul ba’ts, lalu setiap jiwa akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk dihisab (yakni dihitungkan seluruh amalnya di dunia, yang baik maupun yang buruk). Maka, barangsiapa yang amal baiknya melebihi amal keburukan, tentu Allah memasukkannya ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, baginya adalah api neraka yang penuh dengan siksa pedih yang memilukan.
B.            RumusanMasalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil dan dijadikan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dari Mahsyar?
2.      Bagaimanakah proses dibangkitkannya manusia di padang mahsyar?
3.      Bagaimanakah keadaan manusia di padang mahsyar?

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Mahsyar
Mahsyar menurut bahasa Arab dituliskan محشر. Sedangkan  menurut kamus bahasa Indonesia, mahsyar adalah padang yang kelak menjadi tempat orang yang telah mati dibangkitkan kembali dan berkumpul pd hari kiamat.[1] Sedangkan dalam Islam mahsyar adalah tanah berpasir putih yang sangat luas dan datar, dimana tidak terlihat dataran rendah maupun tinggi di akhirat. Di Mahsyar inilah semua makhluk Allah yang berada di tujuh lapis langit dan bumi termasuk malaikat, jin, manusia, binatang berkumpul dan berdesak-desakan. Setiap manusia pada hari pengadilan akan hadir di mahsyar, diiringi oleh dua malaikat, yang satu sebagai pengiringnya dan yang satu lagi sebagai saksi atas segala perbuatannya di dunia.
Menurut ajaran Islam, manusia yang pertama kali dibangkitkan oleh Allah adalah Muhammad. Hari-hari di Mahsyar itu disebut sebagai Yaumul Hasyir (يومالمحشر). Kemudian dikatakan dalam sebuah hadits oleh Muhammad bahwa Palestina adalah tanah Mahsyar (dikumpulkan) dan Mansyar (disebarkan) manusia.
Di Indonesia, Mahsyar ini lebih dikenal dengan sebutan Padang Mahsyar, begitupula dengan orang-orang yang berbahasa Melayu.
B.            Proses Dibangkitkannya Manusia Hingga Berada di Padang Mahsyar

Ada beberapa hadtis yang pemakalah pakai untuk rujukan untuk menjelaskan proses dibangkitkannya manusia hingga digiringnya mereka di padang mahsyar. Adapun hadits yang dibawa pemakalah adalah sebagai berikut:
              I.     Hadis tentang Mahsyar

764حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ وَعَطَاءُ بْنُ يَزِيدَ اللَّيْثِيُّ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ أَخْبَرَهُمَا أَنَّ النَّاسَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ هَلْ تُمَارُونَ فِي الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ دُونَهُ سَحَابٌ قَالُوا لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَهَلْ تُمَارُونَ فِي الشَّمْسِ لَيْسَ دُونَهَا سَحَابٌ قَالُوا لَا قَالَ فَإِنَّكُمْ تَرَوْنَهُ كَذَلِكَ يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ شَيْئًا فَلْيَتَّبِعْ فَمِنْهُمْ مَنْ يَتَّبِعُ الشَّمْسَ وَمِنْهُمْ مَنْ يَتَّبِعُ الْقَمَرَ وَمِنْهُمْ مَنْ يَتَّبِعُ الطَّوَاغِيتَ وَتَبْقَى هَذِهِ الْأُمَّةُ فِيهَا مُنَافِقُوهَا فَيَأْتِيهِمْ اللَّهُ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ فَيَقُولُونَ هَذَا مَكَانُنَا حَتَّى يَأْتِيَنَا رَبُّنَا فَإِذَا جَاءَ رَبُّنَا عَرَفْنَاهُ فَيَأْتِيهِمْ اللَّهُ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا فَيَدْعُوهُمْ فَيُضْرَبُ الصِّرَاطُ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ جَهَنَّمَ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يَجُوزُ مِنْ الرُّسُلِ بِأُمَّتِهِ وَلَا يَتَكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ أَحَدٌ إِلَّا الرُّسُلُ[2]Bukhari......
Artinya:
“ Sesungguhnya manusia berkata: ” Wahai Rasulullah apakah kita bisa melihat Tuhan di hari kiamat? Rasul menjawab: “apakah kalian berjalan di bulan pada malam lailatul qadar yang dibawahnya tidak ada awan? Mereka menjawab: tidak ya Rasulullah, Nabi berkata:”dan apakah kalian berjalan di atas matahari yang dibawahnya tidak ada awan? Mereka menjawab: tidak Rasul. Rasul berkata: “begitulah manusia digiring di hari kiamat, kemudian Rasul berkata: “barang siapa menyembah sesuatu, maka ikutilah sesuatu itu, dan diantara mereka ada yang menyembah matahari, ada yang menyembah bulan, dan ada pula yang menyenbah Taghut, dan umat ini akan tetap mengikuti apa yang ia sembah,  dan diantara umat tersebut terdapat segolongan manusia yang mengingkari akan semua itu (menganggap bulan, matahari, dan taghut sebagai tuhan). Kemudian Allah mendatangi umat tersebut seraya berkata:”Aku Tuhanmu, kemudian mereka menjawab:”ini adalah tempat kami sampai Tuhan kami datang menjemput, dan ketika tuhan kami menjemput pastilah kami mengenalinya. Kemudian Allah mendatangi golongan terakhir seraya berkata:”Aku Tuhanmu”, Mereka menjawab:” Engkau adalah Tuhan kami, kemudian Allah mengajak mereka dan menjadikan bagi mereka jalan diantara  dua ujung Jahannam. Dan akulah  (Nabi Muhammad) rasul pertama yang menjadi penolong bagi seluruh umat..........( Bukhari)

      II.          Kritik sanad
Berdasarkan penelitian melalui CD ROOM Mausu’ah al Hadis as Syarif, diketahui bahwa hadis di atas dalam kualitasnya hasan, hal ini dikarenakan sanad hadis  muttasil dan kebanyakan rawinya peringkat dua dan tiga, hanya ada satu rawi yang berada di tingkat 5, sedang penilaian berdasarkan jarh wa ta’dil menunjukkan bahwa kebanyakan ulama’ mengatakan bahwa rawi-rawi dalam hadis di atas tsiqas meskipun ada sebagian kecil rawi yang tergolong suduq, disamping itu isi hadis tidak bertentangan dengan hadis lain yang menjelaskan tentang masalah yang sama dan tidak juga ditemukan ‘ilah yang yang dapat mencacat serta dapat menurunkan tingkat kualitasnya.

   III.          Takhrij Al Hadis[3]
No Hadis
Kitab
Sumber
267, 268, 269, 270, 271, 287
Kitab Iman
Shahih Muslim
2358

3073
Kitab Sifah al Qiyamah wa ar Raqaiq
Tafsir al Qur’an ‘an Rasulillah SAW
Tirmidzi
1128
Kitab At Tatbiq
Nasa’i
4270, 4299
Kitab Az Zuhud
Ibnu Majah
7392, 10593, 10655, 10724, 10770, 11017, 11107, 11307, 11463, 11424
Kitab Baqi Musnad al Mukatsirin
Ahmad
2696, 2683, 2681
Ar Raqaiq
Ad Darimi

a.             Penjelasan

Pada dasarnya, dari takhrij yang dilakukan terhadap hadis  di atas, ditemukan  24 hadis yang selaras. akan tetapi dari 24 hadis tersebut yang  menjelaskan  akan  mahsyar  dengan menggunakan  redaksi kata يحشر dan يجمع hanyalah 6 hadis . Diantaranya: 1 hadits (Muslim: 269)  menggunakan redaksi kata يحشر dan 5 hadis lain (Muslim: 267, 287. Tirmidzi: 2358. Ahmad: 7392. Ad- Darimi: 2683 ) menggunakan redaksi kata  يجمع. Adapun arti dua kata tersebut adalah: يحشر (menggiring), يجمع (mengumpulkan). Sedang 19 hadis yang lain tidak menggunakan satu diantara dua kata tersebut. Adapun contoh hadis yang menggunakan redaksi kata يجمع , يحشر dan yang tidak menggunakan keduanya dapat dilihat di bawah ini:
269 حَدَّثَنِي سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنِي حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ نَاسًا فِي زَمَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ قَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ بِالظَّهِيرَةِ صَحْوًا لَيْسَ مَعَهَا سَحَابٌ وَهَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ صَحْوًا لَيْسَ فِيهَا سَحَابٌ قَالُوا لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ لِيَتَّبِعْ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتْ تَعْبُدُ فَلَا يَبْقَى أَحَدٌ كَانَ يَعْبُدُ غَيْرَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ مِنْ الْأَصْنَامِ وَالْأَنْصَابِ إِلَّا يَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ إِلَّا مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ وَفَاجِرٍ وَغُبَّرِ أَهْلِ الْكِتَابِ فَيُدْعَى الْيَهُودُ فَيُقَالُ لَهُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ قَالُوا كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللَّهِ فَيُقَالُ كَذَبْتُمْ مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ صَاحِبَةٍ وَلَا وَلَدٍ فَمَاذَا تَبْغُونَ قَالُوا عَطِشْنَا يَا رَبَّنَا فَاسْقِنَا فَيُشَارُ إِلَيْهِمْ أَلَا تَرِدُونَ فَيُحْشَرُونَ إِلَى النَّارِ كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ ثُمَّ يُدْعَى النَّصَارَى فَيُقَالُ لَهُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ قَالُوا كُنَّا نَعْبُدُ الْمَسِيحَ ابْنَ اللَّهِ فَيُقَالُ لَهُمْ كَذَبْتُمْ مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ صَاحِبَةٍ وَلَا وَلَدٍ فَيُقَالُ لَهُمْ مَاذَا تَبْغُونَ فَيَقُولُونَ عَطِشْنَا يَا رَبَّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فَيُشَارُ إِلَيْهِمْ أَلَا تَرِدُونَ فَيُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ إِلَّا مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ بَرٍّ وَفَاجِرٍ أَتَاهُمْ رَبُّ الْعَالَمِينَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِي أَدْنَى صُورَةٍ مِنْ الَّتِي رَأَوْهُ فِيهَا Muslim.....................(حديث حسن)[4]

287حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَاتَّفَقَا فِي سِيَاقِ الْحَدِيثِ إِلَّا مَا يَزِيدُ أَحَدُهُمَا مِنْ الْحَرْفِ بَعْدَ الْحَرْفِ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو حَيَّانَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بِلَحْمٍ فَرُفِعَ إِلَيْهِ الذِّرَاعُ وَكَانَتْ تُعْجِبُهُ فَنَهَسَ مِنْهَا نَهْسَةً فَقَالَ أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهَلْ تَدْرُونَ بِمَ ذَاكَ يَجْمَعُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَيُسْمِعُهُمْ الدَّاعِي وَيَنْفُذُهُمْ الْبَصَرُ وَتَدْنُو الشَّمْسُ فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنْ الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَا لَا يُطِيقُونَ وَمَا لَا يَحْتَمِلُونَ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ أَلَا تَرَوْنَ مَا أَنْتُمْ فِيهِ أَلَا تَرَوْنَ مَا قَدْ بَلَغَكُمْ أَلَا تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ ائْتُوا آدَمَ فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلَا تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ آدَمُ إِنَّ رَبِّي غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ نَهَانِي عَنْ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى الْأَرْضِ وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلَا تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى قَوْمِي نَفْسِي نَفْسِيMuslim.................(حديث صحيح)[5]

270و حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُدْخِلُ اللَّهُ أَهْلَ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ بِرَحْمَتِهِ وَيُدْخِلُ أَهْلَ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ انْظُرُوا مَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا حُمَمًا قَدْ امْتَحَشُوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الْحَيَاةِ أَوْ الْحَيَا فَيَنْبُتُونَ فِيهِ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ إِلَى جَانِبِ السَّيْلِ أَلَمْ تَرَوْهَا كَيْفَ تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ ح و حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ الشَّاعِرِ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا خَالِدٌ كِلَاهُمَا عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرٍ يُقَالَ لَهُ الْحَيَاةُ وَلَمْ يَشُكَّا وَفِي حَدِيثِ خَالِدٍ كَمَا تَنْبُتُ الْغُثَاءَةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ وَفِي حَدِيثِ وُهَيْبٍ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي حَمِئَةٍ أَوْ حَمِيلَةِ السَّيْلِ Muslim (حديث حسن)[6]


   IV.           Penjelasan Hadits

Hadis di atas menjelaskan bahwa ketika qiamat tiba, maka manusia akan dihimpun di padang mahsyar dan mengelompok sesuai dengan apa yang mereka sembah. Adapun orang-orang yang sewaktu hidupnya menyembah matahari, maka di hari itu ia akan berkumpul dengan orang-orang yang menyembah matahari, dan barang siapa yang menyembah bulan maka ia akan  berkumpul dengan orang-orang yang menyembah bulan, dan barang siapa menyembah taghut, maka ia akan berkumpul dengan orang-orang yang menyembah taghut. Dan semua umat itu akan tetap berada dalam kelompok mereka masing-masing sampai tuhan mereka menjemputnya. Dan diantara mereka semua yang akan selamat dari api jahannam hanyalah orang-orang yang semasa hidupnya menyembaha Allah SWT.
Ini menandakan bahwa perbuatan mereka sewaktu hidup berdampak besar bagi kehidupan mereka di akhirat, dan orang-orang yang senantiasa bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan menyelamatkannya dari api jahannam dengan menjadikan bagi mereka jembatan untuk melintasi jahannam, dan dalam melewati jembatan itu Allah memberikan kemudahan. Berbeda dengan orang-orang yang semasa hidupnya menyembah selain Allah, sesuatu yang mereka anggap Tuhan tidak akan bisa menyelamatkan mereka, karena sebenarnya Tuhan semesta alam ini hanyalah Allah SWT, celakalah mereka dan sebuah penyesalan di waktu itu tidaklah akan ada gunanya. Dan satu-satunya Rasul yang bisa memintakan syafa’at kepada Allah untuk manusia di waktu itu hanyalah Muhammad SAW.
Manusia kemudian digiring ke Padang Mahsyar dengan berbagai kondisi yang sesuai dengan amalnya di dunia. Ada yang digiring dengan berjalan kaki, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah SAW
إِنَّكُمْ مُلاَقُو اللهِ حُفَاةً عُرَاةً مُشَاةً غُرْلاً
“Sesungguhnya kalian akanmenjumpai Allah dalamkeadaantidakberalas kaki, tidakberpakaian, berjalan kaki, danbelumdikhitan.”(Haditsshahih.Diriwayat-kanoleh al-Bukhari, no. 6043)
Ada juga yang berkendaraan. Namun tidak sedikit yang diseret di atas wajah-wajah mereka.Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda:
إِنَّكُمْ تُحْشَرُوْنَ رِجَالاً وَرُكْبَانًا وَتُجَرُّوْنَ عَلَى وُجُوْهِكُمْ
“sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (di padang mahsyar) dalam keadaan berjalan, dan ada juga yang berkendaraan, serta ada juga yang diseret di atas wajah-wajah kalian.” (diriwayatkan dari at-Tirmidzi). “Hadits hasan” al-Albani dalam Shahih at-Targhibwat-Tarhib no. 3582
Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa seseorang berkata kepada Rasulullah SAW:
يَا رَسُولَ اللهِ كَيْفَ يُحْشَرُ الْكَافِرُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: أَلَيْسَ الَّذِي أَمْشَاهُ عَلَى رِجْلَيْهِ فِي الدُّنْيَا قَادِرًا عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟!
“Wahai Rasulullah, bagaimana bisa orang kafir digiring di atas wajah mereka pada hari kiamat? Rasulullah shallallahu ‘alaiiwasallam menjawab: “bukankah Rabb yang membuat seseorang berjalan di atas kedua kakinya di dunia, mampu untuk membuatnya berjalan atas wajahnya pada hari Kiamat?!” Qatadahmengatakan, “Benar, demi kemuliaanRabb kami.”(Haditsshahih.Diriwayatkanoleh al-Bukhari, no. 6042 dan Muslim, no. 5020).
C.    Keadaan Manusia di Padang Mahsyar
I.         Ayat Al-Qur’an Tentang Pembangkitan Manusia
a)      Firman Allah (QS. Az Zumr: 68)

وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنظُرُونَ[7]
Artinya:”  Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi Maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).”
Sebagaimana yang tertera pada ayat di atas, sesudah terompet pertama dibunyikan, maka terjadilah qiamat besar, di mana pada saat itu bumi, semua manusia, jin, malaikat binasa serentak (kecuali Allah Malaikat Israfil). Bumi, matahari, bulan, dan bintang-bintang pun hancur, lalu diganti dengan bumi, matahari, dan bintang-bintang baru.
Kemudian dibunyikan terompet untuk yang kedua kalinya. Di saat itu dihidupkanlah kembali semua manusia yang pernah hidup di permukaan bumi ini, dihidupkan pula jin, iblis, dan malaikat. Menurut sebagian ulama’ juga dihidupkan kembali beberapa macam binatang dan timbuh-tumbuhan. kehidupan yang kedua inilah yang dinamkan dengan kehidupan akhirat, yakni kehidupan yang benar-benar hidup, kehidupan yang lebih baik dan kehidupan yang lebih kekal, kehidupan yang tidak akan mati-mati lagi buat selama-lamanya.[8] Setelah itu Allah mengumpulkan manusia pada salah satu area tanah lapang yang dinamakan padang mahsyar, matahari di padang mahsyar sangatlah dekat dengan kepala mereka. Bukan main takut dan sengsaranya serta berat karena panasnnya. Kemudian menyerulah sang Dzat penyeru :Wahai sekalian makhluk, pergilah ke naungan”.
Maka mereka semua pergi dan mereka menjadi semua tiga kelompok:[9]
                                i.            Kelompok orang-orang mukmin.
                              ii.            Kelompok orang-orang munafik.
                            iii.            Kelompok orang-orang kafir.
Dan jika para makhluk itu berlindung kepada naungan, maka naungan itu menjadi tiga bagian pula:[10]
1.         Bagian untuk cahaya.
2.         Bagian untuk panas terik.
3.         Bagian untuk asap.
Makhluk dikumpulkan di padang makhsyar, yakni: bumi yang sifatnya diterangkan oleh Rasulullah dalam hadis berikut:
Daripada Sahl bin Sa`id As-Sa`idiy, Rasulullah bersabda bermaksud: “Tuhan akan himpunkan semua manusia pada hari kiamat di atas satu bumi yang putih kemerah-merahan seperti sebiji roti gandum putih yang baru dibakar, bumi yang suci bersih, tidak ada padanya gunung-ganang atau bukit-bukau dan tidak pula ada padanya sebarang tanda atau kesan yang menunjukkan bahawa bumi itu pernah diduduki atau dimiliki orang.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).
Segenap manusia berkumpul di padang mahsyar, diliputi oleh kemurkaan Allah SWT, yang belum pernah Allah SWT murka seperti pada ketika itu, sehingga segenap makhluk ketakutan, kelihatannya mereka suram dan muram, lebih-lebih lagi keadaan orang kafir, orang-orang musyrik, orang-orang munafik, orang-orang fasiq, dan para pendurhaka yang banyak dosa. Semua pada ketakutan menyesali perbuatan – perbuatan mereka yang lalu, mata mereka memandang dengan hati yang hancur, mereka tiada berbicara, tiada makan dan minum bahkan angin hawa sejuk pun tiada mereka dapat, dan mereka berdiri selama tiga ratus tahun,  dalam keadaan bingung, tiada menghiraukan ahli famili, ibu, bapak, dan saudara sekandung, berpikir sendiri-sendiri tidak ada yang bisa menolong. Selain itu mereka sebatang kara, telanjang, tidak beralas kaki,  dan tidak berkhitan  ini seperti keadaan  mereka ketika mereka keluar dari perut ibu.[11] Meskipun mereka semua telanjang bercampur antara kaum adam dan hawa, akan tetapi tidak seorangpun menyibukkan diri untuk melihata atau melirik oranglain, mereka semua sibuk menyelamatkan diri masing-masing. Ini sebagaimana Sabda Nabi SAW:
5104 حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ح و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي كِلَاهُمَا عَنْ شُعْبَةَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ النُّعْمَانِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطِيبًا بِمَوْعِظَةٍ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ تُحْشَرُونَ إِلَى اللَّهِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينMuslim...................(حديث صحيح)
5102و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ حَاتِمِ بْنِ أَبِي صَغِيرَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ النِّسَاءُ وَالرِّجَالُ جَمِيعًا يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَائِشَةُ الْأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يَنْظُرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ حَاتِمِ بْنِ أَبِي صَغِيرَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَلَمْ يَذْكُرْ فِي حَدِيثِهِ غُرْلًاMuslim (حديث صحيح)
Karena dahsyatnya keadaan pada waktu itu, manusia berbondong-bondong pergi menghadap Nabi Adam as Untuk mendapatkan syafa’at. Seraya memohon dan merengek meminta pertolongan, akan tetapai Nabi Adam berkata: “Nafsi-Nafsi, hai anak cucuku, ketahuilah kini aku memikirkan diriku sendiri, nasibku dan aku tidak dapat memikirkan dirimu, apalagi aku ini sudah pernah mendurhakai Allah. Sungguh aku tidak dapat menolonhmu carilah syafaat dari nabi-nabi lain. Kemudian mereka mendatangi Nabi Idris, akan tetapi Nabi Idris pun berkata sebagaimana yang dikatakan oleh Adam as. Kemudian mereka datang pada Nabi Nuh, tidak berbeda dengn Nabi Adam dan Idris, Nabi Nuh pun berkata seperti apa yang dikatakan Nabi Adam dan Idris, begitu seterusnya sampai akhirnya harapan mereka tinggal satu, yakni Nabi Muhammad SAW, dengan harapan karena nafas sudah kembang kempis dan hati yang berdebar-debar,ketika itu Nabi Muhammad SAW sedang duduk di panggung yang tinggi dengan wajah yang berseri-seri bersinar memancarkan cahaya yang menyinari segenap manusia yang ada di padang mahsyar, lalu rombongan manusia itu menyampaikan maksudnya kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW kemudian berseru mengelu-elukan rombonngan manusia itu:”Hai Umatku-Hai umatku, lalu Nabi Muhammad menuju ke depan Ars dan bersujud kepada Allah hingga kepala beliau mencecah ke tanah. Kemudian dari itu Allah berfirman Hai Muhammad kini bukan lagi waktunya untuk bersujud, angkat kepalamu, bangkitlah, katakanlah apa yang kau kehendaki pasti akan kuberi.Wahai Tuhan Rabbil ‘Alamin, limpahkanlah syafa’at, agar hilang semua malapetaka, supaya tersingkir banna hari qiamat ini dan perintahkanlah agar agar manusia segera dihadapkan kepada sidang pengadilanmu Ya Allah untuk hisab, karena penderitaan manusia telah sampai pada puncaknya dan tiada tertahan lagi oleh mereka. Seketika itu pula syafa’at yang dimonkan Nabi Muhammad SAW dikabulkan. Maka semua bencana dan malapetaka yang menimpa di Padang Mahsyar menghilanglah lenyap sama sekali, di sini manusia kembali merasa aman mengenyam kenyamanan dan ketentraman.
Adapun pakaian yang dikenakannya ketika itu adalah pakaian yang dekenakan ketika mati. Abu sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan “Aku dengar Rasulullah SAW bersabda”:
اَلْمَيِّتُ يُبْعَثُ فِيْ ثِيَابِهِ الَّتِيْ يَمُوْتُ فِيْهَا
“Mayit akan dibangkitkan dengan pakaian yang dikenakan ketika mati”. (diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya). Hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhibwat-Tarhib, no. 3575
Mu’adz bin Jabal RA tak kala hendak menguburkan jenazah ibunya, beliau meminta agar jenazah ibunya dikafani dengan pakaian yang baru. Beliau mengatakan “Perbaguskanlah kafan jenazah kalian karena sesungguhnya mereka akan dibangkitkan dengan memakai pakaian itu.”(Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, 11/383).
Selain itu, pada hari kebangkitan ini seluruh manusia akan dibangkitkan dalam 3 kelompok, yaitu:
·     Kelompok yang berkendaraan,
·     Kelompok yang berjalan kaki,
·     Kelompok yang berjalan dengan wajahnya.
Ada salah seorang sahabat yang menanyakan, bagaimana bisa sekelompok tersebut berjalan dengan wajahnya, kemudian Muhammad menjawab "Allah yg menjadikan mereka berjalan dengan kaki, pasti mampu membuat mereka berjalan dengan wajah."
Pada masa ini umat Islam datang secara berkelompok, berdasarkan surah An-Naba'[78]:18 dan hadits shahih, Muhammad bersabda, "Wahai Muadz, sesungguhnya engkau bertanyakan sesuatu yang sangat besar. Ada 12 kelompok umatku akan dihalau ke Padang Mahsyar. Mereka semuanya itu Allah Maha Kuasa tukarkan, tidak seperti mereka hidup ketika didunia." Golongan itu adalah seperti berikut:
a)             Pertama
Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan tanpa tangan dan berkaki. Mereka adalah orang yang ketika di dunia dulu suka mengganggu tetangganya.
b)             Kedua
Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan berupa
babi hutan. Mereka adalah orang yang ketika hidupnya meringankan malas dan lalai dalam salat.
c)             Ketiga
Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan keledai, mereka Sedangkan perut membesar seperti
gunung dan di dalamnya penuh dengan ular dan kalajengking. Meraka ini adalah orang yang enggan membayar zakat.
d)             Keempat
Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan darah memancut keluar dari
mulut mereka. Mereka ini adalah orang yang berdusta di dalam jual beli.
e)             Kelima
Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan berbau busuk lebih daripada bangkai. Mereka ini adalah orang yang melakukan maksiat sembunyi-sembunyi kerana takut dilihat orang, tetapi tidak takut kepada Allah.
f)               Keenam
Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan
leher mereka terputus. Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu.
g)             Ketujuh
Dibangkitkan dari kubur tanpa mempunyai
lidah dan dari mulut mereka mengalir keluar nanah serta darah. Meraka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran.
h)             Kedelapan
Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan terbalik yaitu kepala kebawah dan kaki keatas, serta farajnya mengeluarkan nanah yang mengalir seperti
air. Meraka adalah orang yang berbuat zina dan mati tanpa sempat bertaubat.
i)               Kesembilan
Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan wajah hitam gelap dan bermata biru serta perutnya dipenuhi
api. Mereka itu adalah orang yang memakan harta anak yatim dengan cara zalim.
j)               Kesepuluh
Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan tubuh mereka penuh dengan
sopak dan kusta. Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya.
k)             Kesebelas
Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan buta, gigi mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang sampai ke perut. Perutnya pula menggelebeh hingga ke paha dan keluar beraneka kotoran. Mereka adalah orang yang minum
arak.
l)               Keduabelas
Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan wajah yang bersinar-sinar bercahaya laksana bulan purnama. Mereka melalui titian sirath seperti
kilat yang menyambar. Mereka adalah orang yang beramal soleh dan banyak berbuat baik, selalu menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara salat lima waktu, ketika meninggal dunia keadaan mereka bertaubat dan mendapat ampunan, kasih sayang dan keridhaan Allah.[12]
Kemudian, di padang mashyar nanti bendera-bendera dipasang oleh pemimpin-pemimpin kebenaran dan di bawahnya terdapat barisan-barisan pengikutnya. Bendera itu dipasang dan dikibarkan oleh :
·         Bendera Liwaus Shidqi (Kebenaran) dikibarkan oleh Abu Bakar Al-Shiddiq bagi semua orang yang benar dan jujur akan berada di bawah bendera tersebut.
·         Bendera Fuwaha' untuk Mu'adz bin Jabal bagi semua orang yang alim fiqih akan berada dan berbaris di bawah bendera panji-panji ini.
·         Bendera Zuhud untuk Abu Dzar Al-Ghiffari bagi semua manusia yang menjiwai dan membudi daya dengan zuhud akan berada di bawah bendera ini.
·         Bendera Dermawan untuk Utsman bin Affan bagi para dermawan akan berada di bawahnya.
·         Bendera Syuhada untuk Ali bin Abi Thalib bagi setiap orang yang mati syahid sama berbaris di bawah bendera ini.
·         Bendera Qurra' untuk Ubay bin Ka'ab bagi para qari' sama berbaris di bawah bendera panji-panji ini.
·         Bendera Mu'adzin untuk Bilal bin Rabah bagi para mu'adzin akan berada pada barisan di bawah bendera ini.
·         Bendera orang-orang yang dibunuh dengan aniaya untuk Husain bin Ali bagi orang-orang yang dibunuh dengan aniaya akan berada di bawah bendera ini.[13]
Di Mahsyar dengan suhu yang sangat panas di hari hisab, tentulah para manusia menjadi bingung dan panik ingin mencari tempat perlindungan. Dan pada hari itulah manusia akan berkata: "Ke mana tempat lari?". Dalam Al-Quran disingkapkan dengan tegas dan jelas sekali perihal keadaan itu sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Qiyamah: 10-11:
"Pada hari itu manusia berkata: "Kemana tempat lari?" Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!" Tetapi dengan kehendak Allah akan terdapat beberapa orang yang mendapatkan naungan, tetapi tidak semua manusia dapat berteduh di bawahnya, itu merupakan rahmat Allah dan naungannya. Ada tujuh orang yang akan mendapatkan naungan dari Allah dengan rahmatNya pada hari yang tiada naungan selain naunganNya ialah :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, II/143 – Fat-h, dan Muslim, no. 1031
·         Penguasa atau pemimpin yang adil.
·         Seorang remaja yang mengawali keremajaannya dengan beribadah kepada Allah.
·         Seorang lelaki yang hatinya dipertautkan dengan masjid-masjid.
·         Dua orang yang saling cinta-mencintai karena Allah, yakni yang keduanya berkumpul dan berpisah kerana Allah.
·         Seorang lelaki yang ketika dirayu oleh wanita bangsawan lagi rupawan, lalu ia menjawab: "Sesungguhnya aku takut kepada Allah".
·         Seorang yang mengeluarkan sedekah dan disembunyikan, sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya itu (artinya dia bersedekah dan tidak menceritakan sedekahnya itu kepada orang lain).
·         Seorang yang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi, sehingga kedua matanya mencucurkan air mata.”[14]

BAB III
PENUTUPAN
A.       Kesimpulan
Padang Mahsyar adalah tempat pengumpulan seluruh makhluk pada hari kiamat untuk dihisab dan diambil keputusannya. Setelah Malaikat Israfil meniupkan terompet yang kedua kalinya maka semua manusia yang mati akan Dibangkitkan dari alam kubur dan dikumpulkan di padang mahsyar yaitu padang pasir yang putih sebagaimana Rasulullah SAW mengabarkan kepada kita tentang bentuk bumi pada hari itu. Rasulullah SAW bersabda : "Manusia dikumpulkan pada hari kiamat di padang pasir putih seperti tepung yang bersih yang tidak akan di ketahui oleh seorangpun (yaitu tanda seperti gunung atau padang pasir). (HR. Bukhari)
Manusia kemudian digiring ke Padang Mahsyar dengan berbagai kondisi yang sesuai dengan amalnya di dunia. Ada yang digiring dengan berjalan kaki, ada yang dibangkitkan dari kubur dengan keadaan tanpa tangan dan berkaki, dibangkitkan dari kubur dengan keadaan berupa babi hutan, dan masih ada dua belas keadaan yang lainnya. Adapun ada tujuh golongan yang akan diberi naungan dan rahmad Allah diantaranya adalah pemimpin yang adil, seorang remaja yang semangat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan yang lainnya.
Kemudian, di padang mashyar nanti bendera-bendera dipasang oleh pemimpin-pemimpin kebenaran dan di bawahnya terdapat barisan-barisan pengikutnya. Bendera itu dipasang dan dikibarkan oleh sahabat Abu Bakar, sahabat Utsman bin Afwan, Ubay bin Ka’ab dan ada delapan sahabat yang lainnya.

B.     Saran
Dengan selesainya makalah ini, diharapkan ada perbaikan dari pemakalah seterusnya sehingga didapatkan hasil yang lebih baik sehingga ilmu tentang situasi padang mahsyar ini tetap mengalir sebagai upaya belajar agama Allah. Sehingga diharapkan dengan makalah ini kita semakin dekat dan lebih percaya dengan adanya kebangkitan setelah kematian dan dengan percaya tentang kejadian itu dapat lebih mendekatkan kita kepada Allah. Amin.
                                                                                   
DAFTAR PUSTAKA

Tim penyusun pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jakarta, 2008
www.wikipedia.com “Mahsyar”. Diakses pada tanggal 23 oktober jam 13.00 wib
Softwere al-Qur’an al-Hadi
Program CD ROOM Mausu’ah dan Program Maktabah as-syamillah









[1]Tim penyusun pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jakarta, 2008, hal. 897
[2] Program CD ROOM Mausu’ah dan Program Maktabah as-syamillah
[3] Program CD ROOM Mausu’ah dan Program Maktabah as-syamillah
[4] Program CD ROOM Mausu’ah dan Program Maktabah as-syamillah
[5] Program CD ROOM Mausu’ah dan Program Maktabah as-syamillah
[6] Program CD ROOM Mausu’ah dan Program Maktabah as-syamillah
[7] Softwere al-Qur’an al-Hadi
[8] www.wikipedia.com “Mahsyar”. Diakses pada tanggal 23 oktober jam 13.00 wib
[9] www.wikipedia.com “Mahsyar”. Diakses pada tanggal 23 oktober jam 13.00 wib 
[10]  www.wikipedia.com “Mahsyar”. Diakses pada tanggal 23 oktober jam 13.00 wib 
[11] http://muslim.or.id/aqidah/peristiwa-di-padang-mahsyar.html, diakses pada tanggal 20 Oktober 2012 jam 11.oo wib
[12] www.wikipedia.com “Mahsyar”. Diakses pada tanggal 23 oktober jam 13.00 wib
[13] www.wikipedia.com “Mahsyar”. Diakses pada tanggal 23 oktober jam 13.00 wib
[14] Program CD ROOM Mausu’ah dan Program Maktabah as-syamillah