BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG MASALAH
Bagi orang yang mempunyai akal
sehat, banyak contoh yang diberikan oleh Allah SWT berupa alam
semesta ini untuk dipikirkan manusia agar dapat meyakini akan
adanya makhluk gaib, yaitu makhluk Allah yang tidak dapat
dikenali dengan panca indera, seperti adanya malaikat.
Iman adalah ucapan
dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan
anggota tubuh, iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan
maksiat.
Akal
dapat menerima walaupun tidak melihatnya karena banyak
bukti yang menunjukkan akan adanya malaikat, seperti wahyu yang
diterima oleh para rasul. Malaikat yang menyampaikan wahyu
kepada para rasul itu adalah malaikat Jibril. Ini suatu bukti bahwa
malaikat ada dan bagi umat Islam wajib mengimaninya.
Iman
kepada malaikat artinya
meyakini dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah
menciptakan malaikat. Malaikat itu diciptakan oleh Allah dari cahaya,
sebagaimana hadis Rasulullah SAW:
Artinya:
“Malaikat itu
diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam
diciptakan dari apa yang telah diterangkan padamu semua.”
(HR. Muslim)
- RUMUSAN MASALAH
- Apa itu iman?
- Apa itu malaikat?
- Apa itu iman kepada malaikat?
- Bagaimana pendapat iman kepada malaikat menurut berbagai golongan?
- Apa manfaat serta tujuan mempelajari iman kepada malaikat?
BAB
II
PEMBAHASAN
- DEFINISI IMAN
Pengertian
Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah ; ikrar dalam
hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan.
Jadi, Iman itu mencakup tiga hal :
- Ikrar dengan hati.
- Pengucapan dengan lisan.
- Pengamalan dengan anggota badan
Jika
keadaannya demikian, maka iman itu akan bisa bertambah atau bisa saja
berkurang. Lagi pula nilai ikrar itu tidak selalu sama. Ikrar atau
pernyataan karena memperoleh satu berita, tidak sama dengan jika
langsung melihat persoalan dengan kepala mata sendiri. Pernyataan
karena memperoleh berita dari satu orang tentu berbeda dari
pernyataan dengan memperoleh berita dari dua orang. Demikian
seterusnya. Oleh karena itu, Ibrahim 'Alaihis Sallam pernah berkata
seperti yang dicantumkan oleh Allah dalam Al-Qur'an.
"Arrtinya
: Ya Rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan
orang-orang yang mati. Allah berfirman : 'Apakah kamu belum percaya'.
Ibrahim menjawab :'Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah
tetap hati saya".
[Al-Baqarah : 260]
Iman
akan bertambah tergantung pada pengikraran hati, ketenangan dan
kemantapannya. Manusia akan mendapatkan hal itu dari dirinya sendiri,
maka ketika menghadiri majlis dzikir dan mendengarkan nasehat di
dalamnya, disebutkan pula perihal surga dan neraka ; maka imannya
akan bertambah sehingga seakan-akan ia menyaksikannya dengan mata
kepala. Namun ketika ia lengah dan meninggalkan majlis itu, maka bisa
jadi keyakinan dalam hatinya akan berkurang.
Iman
juga akan bertambah tergantung pada pengucapan, maka orang berdzikir
sepuluh kali tentu berbeda dengan yang berdzikir seratus kali. Yang
kedua tentu lebih banyak tambahannya.
Demikian
halnya dengan orang yang beribadah secara sempurna tentunya akan
lebih bertambah imannya ketimbang orang yang ibadahnya kurang.
Dalam
hal amal perbuatan pun juga demikian, orang yang amalan dengan
anggota badannya jauh lebih banyak daripada orang lain, maka ia akan
lebih bertambah imannya daripada orang yang tidak melakukan perbuatan
seperti dia.
Tentang
bertambah atau berkurangnya iman, ini telah disebutkan di dalam
Al-Qur'an maupun As-Sunnah. Allah Ta'ala berfirman.
"Artinya
: Dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk
jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi
Al-Kitab yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah
imannya".
[Al-Mudatstsir : 31]
"Artinya
: Dan apabila diturunkan suatu surat, maka diantara mereka
(orang-orang munafik) ada yang berkata :'Siapa di antara kamu yang
bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini ?'. Adapun orang yang
beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa
gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada
penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di
samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan
kafir".
[At-Taubah : 124-125]
Dalam
sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam, pernah bersabda bahwa kaum wanita itu memiliki kekurangan
dalam soal akal dan agamanya. Dengan demikian, maka jelaslah kiranya
bahwa iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang.
Namun
ada masalah yang penting, apa yang menyebabkan iman itu bisa
bertambah. Ada beberapa sebab, di antaranya.
- Mengenal Allah (Ma'rifatullah) dengan nama-nama (asma') dan sifat-sifat-Nya. Setiap kali marifatullahnya seseorang itu bertambah, maka tak diragukan lagi imannya akan bertambah pula. Oleh karena itu para ahli ilmu yang mengetahui benar-benar tentang asma' Allah dan sifat-sifat-Nya lebih kuat imannya dari pada yang lain.
- Memperlihatkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah yang berupa ayat-ayat kauniyah maupun syar'iyah. Seseorang jika mau memperhatikan dan merenungkan ayat-ayat kauniyah Allah, yaitu seluruh ciptaan-Nya, maka imannya akan bertambah. Allah Ta'ala berfirman. : "Artinya : Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan" [Adz-Dzariyat : 20-21]. Ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa jika manusia mau memperhatikan dan merenungkan alam ini, maka imannya akan semakin bertambah.
- Banyak melaksanakan ketaatan. Seseorang yang mau menambah ketaatannya, maka akan bertambah pula imannya, apakah ketaatan itu berupa qauliyah maupun fi'liyah. Berdzikir -umpamanya- akan menambah keimanan secara kuantitas dan kualitas. Demikian juga shalat, puasa dan haji akan menambah keimanan secara kuantitas maupun kualitas.
Adapun
penyebab berkurangnya iman adalah kebalikan daripada penyebab
bertambahnya iman, yaitu :
- Jahil terhadap asma' Allah dan sifat-sifat-Nya. Ini akan menyebabkan berkurangnya iman. Karena, apabila mari'fatullah seseorang tentang asma' dan sifat-sifat-Nya itu berkurang, tentu akan berkurang juga imannya.
- Berpaling dari tafakkur mengenai ayat-ayat Allah yang kauniyah maupun syar'iyah. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya iman, atau paling tidak membuat keimanan seseorang menjadi statis tidak pernah berkembang.
- Berbuat maksiat. Kemaksiatan memiliki pengaruh yang besar terhadap hati dan keimanan seseorang. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :"Artinya : Tidaklah seseorang itu berbuat zina ketika melakukannnya sedang ia dalam keadaan beriman". [Al-Hadits].
- Meninggalkan ketaatan. Meninggalkan keta'atan akan menyebabkan berkurangnya keimanan. Jika ketaatan itu berupa kewajiban lalu ditinggalkannya tanpa udzur, maka ini merupakan kekurangan yang dicela dan dikenai sanksi. Namun jika ketaatan itu bukan merupakan kewajiban, atau berupa kewajiban namun ditinggalkannya dengan udzur (alasan), maka ini juga merupakan kekurangan, namun tidak dicela. Karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menilai kaum wanita sebagai manusia yang kurang akal dan kurang agamanya. Alasan kurang agamanya adalah karena jika ia sedang haid tidak melakukan shalat dan puasa. Namun ia tidak dicela karena meninggalkan shalat dan puasa itu ketika sedang haid, bahkan memang diperintahkan meninggalkannya. Akan tetapi jika hal ini dilakukan oleh kaum laki-laki, maka jelas akan mengurangi keimannya dari sisi yang satu ini.
- DEFINISI MALAIKAT
Malaikat adalah
makhluk halus yang samar dan tidak bisa dipanca indra. Malaikat tidak
berwujud fisik yang dapat ditangkap oleh indra. Malaikat suci dari
kehewanan, angan-angan jiwa dan bersih dari nosa dan kesalahan.
Malaikat tidak seoerti manusia yang bisa makan, minum tidur, dan
bersifat laki-laki maupun perempuan. Tidak ada yang mengetahui
hakikatnya kecuali Allah. Namun, malaikat mempunyai kemampuan untuk
menyerupai manusia.1
Selain
itu, malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh, tunduk dan
taat pada perintah serta ketentuan Allah SWT. Malaikat berasal dari
kata malak bahasa arab yang artinya kekuatan. Dalam ajaran agama
islam terdapat 10 malaikat yang wajib kita ketahui dari banyak
malaikat yang ada di dunia dan akherat yang tidak kita ketahui yaitu
antara lain :
- Malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu Allah kepada nabi dan rasul.
- Malaikat Mikail yang bertugas memberi rejeki pada manusia.
- Malaikat Israfil yang memiliki tanggung jawab meniup terompet sangkakala di waktu hari kiamat.
- Malaikat Izrail yang bertanggungjawab mencabut nyawa.
- Malikat Munkar yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur.
- Malaikat Nakir yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur bersama Malaikat Munkar.
- Malaikat Raqib yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat segala amal baik manusia ketika hidup.
- Malaikat Atid yang memiliki tanggungjawab untuk mencatat segala perbuatan buruk atau jahat manusia ketika hidup.
- Malaikat Malik yang memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka.
- Malaikat Ridwan yang berwenang untuk menjaga pintu surga.
- SIFAT-SIFAT DASAR MALAIKAT ALLAH
- Pasti selalu patuh pada segala perintah Allah dan selalu tidak melaksanakan apa yang dilarang Allah SWT.
- Tidak sombong, tidak memiliki nafsu dan selalu bertasbih.
- Dapat berubah wujud dan menjelma menjadi yang dia kehendaki.
- Memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman.
- Ikut bahagia ketika seseorang mendapatkan Lailatul Qadar.
- IMAN KEPADA MALAIKAT
Iman kepada Malaikat
adalah yakin dan membenarkan bahwa Malaikat itu ada, diciptakan oleh
Allah SWT dari cahaya atau nur.
Salah satu rukun
akidah yaitu beriman dengan adanya malaikat. Di dalam Al Qur’an
telah disebutkan lebih dari 75ayat yang tersebar dalam 33 surat yang
membahas mengenai malaikat.
“rasul
telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya.
(meraka mengatakan), kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasulNya, dan mereka mengatakan, ‘kami
dengar dan kami taat’. (mereka berdoa), ‘ampunilah kami, ya Tuhan
kami dan kepada Engkaulah kami kembali.”2
Dalam ayat lain,
Allah SWT berfirman bahwa orang yang mengingkari malaikat adalah
orang yang sesat.
“barang
siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya,
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.”3
Iman kepada Malaikat
mengandung empat unsur :
- Mengimani wujud mereka.
- Mengimani mereka yang kita kenali nama-namanya, seperti jibril, dan juga terhadap nama-nama Malaikat yang tidak kita kenal.
- Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali, seperti sifat bentuk Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat Nabi yang mempuyai 600 sayap yang menutup ufuk.
Demikian pula
hadits-hadits yang menegaskan iman kepada malaikat merupakan rukun
akidah islam.
Sehingga cara yang
tepat untuk mempercayai malaikat ialah dengan mempercayai, bahwa
Allah mempunyai suatu makhluk yang bernama malaikat, yang diberi
bermacam-macam tugas oleh Allah dan mereka melaksanakan tugas-tugas
itu dengan amat baik sekali serta tidak pernah sedikitpun mereka
mendurhakai-Nya.4
E. PERBEDAAN
MALAIKAT, JIN, SERTA SYETAN
Malaikat terbuat
dari cahaya atau nur sedangkan jin berasal dari api atau nar.
Malaikat selalu tunduk dan taat kepada Allah sedangkan jin ada yang
muslim dan ada yang kafir. Yang kafir adalah syetan dan iblis yang
akan terus menggona manusia hingga hari kiamat agar bisa menemani
mereka di neraka.
Malaikat tidak
memiliki hawa nafsu sebagaimana yang dipunyai jin. Jin yang jahat
akan selalu senantiasa menentang dan menjalankan apa yang dilarang
oleh Tuhan Allah SWT. Malaikat adalah makhluk yang baik dan tidak
akan mencelakakan manusia selama berbuat kebajikan, sedangkan syetan
dan iblik akan selalu mencelakakan manusia hingga hari akhir.5
Abul Hasan
Al-Khayyath berkata dalam kitabnya Al-Intishar, “Tidak seorang pun
berhak mengaku sebagai penganut Mu’tazilah sebelum ia mengaku
Al-Ushul Al-Khamsah (lima dasar), yaitu : at-tauhid,
al-‘adl, al-wa’du wal wa’id, al-manzilah baina al-manzilatain,
dan al-amru bil ma’ruf wan nahyu anil munkar. Jika
ia telah menganut semuanya, maka ia telah menganut paham Mu’tazilah.”
- PENDAPAT BERBAGAI GOLONGAN DENGAN IMAN KEPAD MALAIKAT
- Ulama Ahlu Sunnah wa al-jama’ah
Yakni
membenarkan adanya para malaikat, dan bahwasanya mereka itu adalah
makhluk dari sekian banyak makhluk Allah, diciptakan dari cahaya.
Allah menciptakan malaikat dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya
dan menjalankan perintah-perintah-Nya di dunia ini, sebagai mana
difirmankan Allah
:6
بَلْ
عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ(26)
لا
يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُم
بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
سورة الأنبياء
“
… Bahkan malaikat-malaikat itu adalah makhluk yang dimuliakan,
mereka tidak mendahuli-Nya dalam perkataan dan mereka mengerjakan
perintah-perintah-Nya”( QS. Al-Anbiyaa:
26-27)
- Ulama Syi’ah
RUKUN
IMAN ISLAM :
|
RUKUN
IMAN SYI’AH :
|
Iman kepada Allah | Iman kepada Allah / Tauhid |
Iman kepada Malaikat | Iman kepada Nubuwwah / Kenabian |
Iman kepada Kitab-Kitab | Iman kepada Imam-Imam*Imamah/Kewilayahan |
Iman kepada Rasul | Iman kepada Keadilan ( Al Adlu ) |
Iman kepada Hari Kiamat | Iman kepada Kiamat ( Al Ma’ad ) |
Iman kepada Qodho-Qodar |
Sehingga ulama-ulama
syi’ah seperti Imam Khomeini dari Iran tidak mempercayai adanya
malaikat seperti yang telah dipaparkan diatas. Karena orang-orang
syi’ah mengingkari keberadaan Malaikat, mereka mengatakan bahwa
Malaikat ibarat “kekuatan kebaikan” yang tersimpan pada
makhluk-makhluk, ini berarti tidak mempercayai kitabullah, sunnah
RasulNya, da ijma’ (konsensus) umat Islam.
- Ulama Mu’tazilah
Karena
hanya mengandalkan logika semata, maka Mu’tazilah juga tidak
mengakui adanya malaikat “Kiraman Katibin” atau malaikat Raqib
dan Atid. Akal mereka salah dalam memahami Al-Asma’Al-Husna Allah.
Salah memahami sifat Tsubutiyah,
yaitu sifat-sifat kesempurnaan yang senantiasa ada pada dzat Allah,
dan Allah tidak sekejap mata pun terlepas dari sifat-sifat tersebut.
Seperti al-‘ilmu, as-sam’u, Al-Bashar dll.
Mereka berpendapat bahwa ilmu Allah telah meliputi segalanya,
sehingga tidak perlu lagi mengambil pembantu dari kalangan malaikat.
- MANFAAT SERTA TUJUAN MENGETAHUI IMAN KEPADA MALAIKAT
Sehingga setelah
kita mengetahui istilah iman dan malaikat, akhirnya kita bisa
mengambil kesimpulan tentang urgensi mempelajari hingga mengetahui
iman kepada malaikat yaitu:
- Selalu melakukan perbuatan baik dan merasa najis serta anti melakukan perbuatan buruk karena dirinya selalu diawasi oleh malaikat.
- Berupaya masuk ke dalam surga yang dijaga oleh malaikat Ridwan dengan bertakwa dan beriman kepada Allah SWT serta berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qodar.
- Meningkatkan keikhlasan, keimanan dan kedisiplinan kita untuk mengikuti atau meniru sifat dan perbuatan malaikat.
- Selalu berfikir dan berhati-hati dalam melaksanakan setiap perbuatan karena tiap perbuatan baik yang baik maupun yang buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bagi orang yang mempunyai akal
sehat, banyak contoh yang diberikan oleh Allah SWT berupa alam
semesta ini untuk dipikirkan manusia agar dapat meyakini akan
adanya makhluk gaib, yaitu makhluk Allah yang tidak dapat
dikenali dengan panca indera, seperti adanya malaikat.
Iman adalah ucapan
dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan
anggota tubuh, iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan
maksiat.
Akal
dapat menerima walaupun tidak melihatnya karena banyak
bukti yang menunjukkan akan adanya malaikat, seperti wahyu yang
diterima oleh para rasul. Malaikat yang menyampaikan wahyu
kepada para rasul itu adalah malaikat Jibril. Ini suatu bukti bahwa
malaikat ada dan bagi umat Islam wajib mengimaninya.
Selain
itu, malaikat
adalah kekuatan-kekuatan yang patuh, tunduk dan taat pada perintah
serta ketentuan Allah SWT. Malaikat berasal dari kata malak bahasa
arab yang artinya kekuatan. Dalam ajaran agama islam terdapat 10
malaikat yang wajib kita ketahui dari banyak malaikat yang ada di
dunia dan akherat yang tidak kita ketahui.
DAFTAR
PUSTAKA
Sabiq,
Sayid, Akidah
Islam,
Surabaya: Al Ikhlas, 1996
Zaini,
Syahminan, Kuliah
Aqidah Islam,
Surabaya: AL-IKHLAS, 1983
Fauzan, Shaleh,
Akidah-Akidah Ahlu As-Sunnah Wal Jama’ah,
Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah
1
Sayid Sabiq. Akidah Islam (surabaya: Al Ikhlas, 1996).
Hlm.121.
2
Al Baqarah: 285
3
An-Nisa’: 136
1 komentar:
Terimakasih atas informasinya, sangat menambah pengetahuan dan tentunya menambah keimanan kepada allah swt. Obat Lidah Bengkak
Posting Komentar